Berolahragalah Sesuai Usia Anda*

Prieharti**

 

Olahraga termasuk kebutuhan dasar bagi setiap orang selain makan dan tidur. Tak hanya bermanfaat untuk menjaga kesehatan fisik, olahraga juga berpengaruh pada kesehatan mental karena dapat menimbulkan rasa senang dan bahagia.

Karena manfaatnya yang besar, bagi sebagian orang, olahraga sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Bahkan karena terlalu bersemangat, banyak orang melakukan olahraga secara berlebihan. Mereka beranggapan, semakin sering dan semakin banyak berolahraga, berarti semakin bagus dan sehat. Beberapa kasus menunjukkan olahraga berlebihan apalagi tanpa mempertimbangkan berbagai faktor termasuk faktor usia dapat berakibat fatal. Masyarakat tentu masih ingat kejadian meninggalnya aktor dan politikus Adjie Massaid dan presenter olahraga Ricky Jo akibat serangan jantung setelah berolahraga.

 Dampak olahraga berlebihan

Olahraga berlebihan berpotensi menimbulkan dampak buruk seperti cedera, stres, kelelahan berkepanjangan, melemahnya sistem kekebalan tubuh, gangguan menstruasi, sulit tidur, gangguan jantung (seperti serangan jantung maupun gagal jantung) dan meningkatkan resiko kanker.

Cedera akibat olahraga berlebihan dapat berupa keseleo, patah tulang dan nyeri otot. Stres akibat olahraga timbul bila seseorang menjadi sangat tergantung pada olahraga seolah tanpa berolahraga menjadi tidak percaya diri dan tidak mood. Sulit tidur juga dapat timbul akibat olahraga berlebih karena keluarnya hormon kortisol yang membuat tubuh sulit merasa rileks dan tidak mengantuk. Gangguan menstruasi terjadi karena seorang wanita yang berolahraga berlebihan akan kehilangan banyak lemak tubuh. Sedangkan kanker terjadi karena terlalu banyak olahraga dapat menyebabkan terjadinya pelepasan radikal bebas dalam tubuh.

Tanda seseorang olahraga berlebihan

Seseorang bisa saja tidak menyadari bahkan menyangkal bahwa dirinya telah melakukan olahraga secara berlebihan. Namun, seseorang dapat dikategorikan berlebihan dalam berolahraga berdasarkan keadaan atau perubahan yang dialami orang tersebut seperti menjadi sering sakit kepala, sering merasa kelelahan, tidak fit, tidak bugar, kelihatan tidak bersemangat, mudah capek, tidak bertenaga dan lebih mudah merasa sakit. Orang tersebut juga dapat mengalami penurunan nafsu makan dan berat badan secara drastis serta lebih mudah marah dan mood gampang berubah. Meskipun dalam kondisi normal (sedang beristirahat), terjadi peningkatan denyut jantung. Secara psikologis, orang tersebut seperti kecanduan dan merasa bersalah bila tidak berolahraga.

Hal yang sebaiknya diperhatikan saat berolahraga

Meskipun olahraga sangat bermanfaat, bukan berarti boleh dilakukan secara berlebihan. Hal ini dikarenakan beda usia, berbeda pula kondisi fisiknya termasuk berbeda pula potensi penyakit yang kemungkinan diderita. Jangan abaikan pula peregangan serta pendinginan. Peregangan sebelum olahraga diperlukan untuk menghindari timbulnya cedera dan kemungkinan buruk lainnya. Sedangkan pendinginan berfungsi sangat bagus untuk kesehatan karena pada proses pendinginan tubuh mengubah asam laktat yang dihasilkan saat olahraga menjadi energi baru. Pendinginan juga membantu mengurangi stres atau tekanan pada jantung dan otot. Proses pendinginan harus dilakukan dengan aktif, karena itu tidak dianjurkan langsung duduk dan berdiam diri setelah olahraga.

Setelah berolahraga, sebaiknya mengonsumi minuman yang memiliki kandungan elektrolit dan jangan berolahraga saat lambung kosong. Konsumsi buah seperti pisang, pepaya dan melon sangat dianjurkan setelah berolahraga karena dalam buah-buahan tersebut terkandung zat gula yang tinggi dan mineral kalium yang berguna bagi kesehatan jantung.

Pilihan olahraga untuk usia 20-an

Usia 20-an merupakan puncak metabolisme (pertukaran, pembentukan dan penguraian zat di dalam badan yang memungkinkan berlangsungnya hidup) manusia. Di usia ini seluruh fungsi tubuh bekerja secara optimal. Para atlet profesional biasanya mencapai puncak prestasi di masa ini. Sedangkan bagi orang bukan atlet dapat melakukan semua jenis olahraga rekreatif maupun kompetitif (bersifat persaingan).

Pada usia ini sebaiknya tetap melakukan latihan untuk kelenturan otot dan sendi. Hal yang tak kalah penting untuk dilakukan adalah melakukan penyesuaian jenis olahraga ketika mendekati akhir fase usia 20-an.

Pilihan olahraga untuk usia 30-an

Usia ini paling rentan terhadap dampak negatif olahraga yang dilakukan secara berlebihan. Sebab kebanyakan dari kita masih mengganggap tubuh masih sebugar saat berusia 20-an, padahal fungsi organ tubuh kita telah banyak mengalami perubahan. Bantalan antar ruas tulang punggung mulai menunjukkan gejala penipisan sehingga rentan cedera.

Perbanyak latihan yang berkonsentrasi pada kebugaran sistem kardiovaskular (berhubungan dengan jantung dan pembuluh darah) seperti bersepeda (termasuk bersepeda statis), berlari di atas treadmill (salah satu jenis olahraga yang mengandalkan alat) atau berenang jarak menengah.

Selain itu, aktivitas fisik yang lekat dengan kebugaran otot dan tulang seperti yoga, tai-chi dan pilates (olahraga yang berfungsi mengecilkan perut) dapat menjadi alternatif pilihan. Yoga merupakan jenis olahraga yang berfungsi menurunkan kadar lemak, melatih pernafasan, visualisasi dan melatih relaksasi tubuh. Yoga tidak memerlukan tempat yang luas sehingga dapat dilakukan di mana saja. Tai-chi memiliki manfaat yang lebih besar dibanding yoga karena mampu memperkuat sistem kekebalan tubuh. Tai-chi lebih banyak melibatkan pikiran, fokus, pernapasan dan mengutamakan gerakan-gerakan lambat.

Pilihan olahraga untuk usia 40 dan 50-an

Pada usia ini hindari olahraga kompetitif dan permainan. Dokter Moch. Yunus, M. Kes., ahli fisiologi olahraga dari Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Malang mengatakan bahwa mereka yang berusia di atas 40 tahun sebaiknya menghindari jenis olahraga permainan seperti futsal, sepakbola, tenis atau bulu tangkis karena cenderung memaksa berlari cepat. Lari cepat akan menyebabkan denyut jantung berdetak melebihi batas normal.

Olahraga yang dipilih di usia ini sebaiknya yang bertujuan menjaga semua organ tubuh berfungsi dengan baik seperti yoga, tai-chi, pilates atau senam kebugaran lain. Seminggu tiga kali lakukan kegiatan olahraga kardiovaskular yang aman seperti bersepeda statis atau santai, berjalan kaki ringan dan berenang.

Pilihan olahraga usia 60-an

Di tahap ini, aktivitas sederhana seperti berjalan pun dapat menimbulkan dampak buruk bila tidak dilakukan dengan cermat. Pasalnya, kondisi tulang dan sendi sudah sangat rentan. Namun memilih untuk tidak berolahraga juga sama berbahayanya, karena tanpa stimulasi (dorongan) gerakan akan mempercepat pengeroposan tulang serta penurunan fungsi organ-organ tubuh. Di usia ini, yoga masih menjadi pilihan yang dianjurkan.

 

 

 

*telah dimuat di Banyumas Pos

**berkarya di Akbid YLPP Purwokerto

 

REFERENSI

  1. Diet sehat/Lenita. FlashBooks, Yogyakarta: 2014.
  2. dunialari.com diakses tgl 05/12/2014
  3. informasitips.com diakses tgl 04/12/2014
  4. panohan.wordpress.com diakses tgl 05/12/2014
  5. pilihdokter.com diakses tgl 04/12/2014