Buta Warna Tetap Dapat Menggenggam Dunia*
Prieharti**
Selama ini persepsi sebagian orang tentang buta warna adalah penderita sama sekali tidak dapat membedakan warna. Sebetulnya penderita buta warna hanya mengalami kekurangan atau kelemahan mengenali warna-warna tertentu
Buta warna merupakan salah satu gangguan pada penglihatan warna. Gangguan tersebut terjadi karena sel-sel kerucut di dalam retina mengalami kelemahan atau kerusakan sehingga kesulitan menangkap spektrum warna tertentu. Buta warna terjadi karena berbagai sebab diantaranya; karena menderita penyakit yang dapat mengakibatkan buta warna, mengonsumsi obat-obatan tertentu, mengalami kejadian seperti kecelakaan/trauma pada mata atau karena keturunan (diturunkan secara genetik). Laki-laki berpotensi menderita buta warna lebih besar (sampai sekitar 8%) dibandingkan perempuan (hanya 1%).
Mendeteksi buta warna
Seseorang dikategorikan buta warna setelah melalui pemeriksaan. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti uji anamaloskop, uji Fransworth 100 hue, uji Holmgren dan uji Ishihara. Uji Ishihara merupakan uji penglihatan yang menjadi pilihan utama di banyak negara. Uji ini terbilang cukup sederhana karena alat bantunya berupa buku. Buku ini diciptakan Dr. Shinobu Ishihara sehingga terkenal sebagai buku Ishihara.
Uji Ishihara menggunakan satu seri titik bola kecil dengan warna dan besar yang berbeda-beda (gambar pseudokromatik). Hal ini akan membuat keseluruhan warna terlihat pucat dan menyulitkan orang untuk melihatnya. Penderita buta warna hanya dapat melihat sebagian saja atau bahkan sama sekali tidak dapat melihat gambaran yang diperlihatkan.
Jenis-jenis buta warna
Berdasarkan bentuknya, ada tiga jenis buta warna yaitu; trikromasi, dikromasi dan monokromasi. Orang yang mengalami trikromasi dan dikromasi disebut menderita buta warna parsial (sebagian). Sedangkan penderita monokromasi disebut mengalami buta warna total. Pada monokromasi, penderita mengalami kehilangan semua penglihatan warna.
Pada trikomasi, sel kerucut mengalami perubahan tingkat sensivitas warna (melemah). Hal ini akan menimbulkan penderita buta warna jenis ini kesulitan mengenali satu jenis warna dasar. Bila yang dialami adalah kelemahan mengenal warna merah disebut protanomali, kesulitan mengenal warna hijau disebut deutranomali sedangkan kondisi kesulitan mengenali warna biru disebut tritanomali.
Dikromasi merupakan keadaan ketika satu dari tiga jenis sel kerucut tidak ada. Ada tiga jenis dikromasi yaitu; protanopia (sel kerucut warna merah tidak ada), deutranopia (sel kerucut warna hijau tidak ada) dan tritanopia (tidak ada sel kerucut warna biru). Pada protanopia, penderita tidak bisa melihat warna merah sebagai satu warna dan akan terlihat sebagai warna abu-abu. Penderita deutranopia akan melihat warna hijau sebagai abu-abu sehingga bila melihat warna merah, merah muda, kuning dan hijau menjadi bingung. Sedangkan pada buta warna tritanopia , tidak adanya sel kerucut warna biru membuat penderitanya mengalami kesulitan ketika membedakan warna merah atau warna kuning.
Penanganan buta warna
Meskipun pada kasus buta warna akibat obat dapat diatasi dengan menghentikan konsumsi obat-obatan tersebut, buta warna pada dasarnya tidak dapat diobati baik dengan pengobatan herbal, vitamin mata, atau terapi lainnya. Penanganan buta warna dimaksudkan agar penderita tidak menemui kesulitan saat beraktivitas sehari-hari.
Apabila tujuan utama penanganan buta warna adalah agar dapat lolos dalam tes kesehatan warna sehingga dapat bekerja atau kuliah di tempat yang kita inginkan, bisa diatasi dengan mempelajari tingkat kecerahan warna atau mempelajari buku Ishihara. Penggunaan kaca mata buta warna atau lensa kontak khusus juga dapat menjadi solusi. Kaca mata untuk penderita buta warna telah diketemukan oleh Mark Changizi, ilmuwan dari Amerika Serikat. Dengan kaca mata ini penderita buta warna akan dapat membedakan warna. Kaca mata ini harganya masih sangat mahal dan harus didatangkan dari luar Indonesia.
Kondisi ini memunculkan kreativitas Nurul Annisa dan Syarif Muhammad Nur Taufik pelajar SMA Negeri 4 Pontianak. Mereka mengadakan percobaan dengan menggunakan lensa kontak (seperti yang dijual di optik) yang direndam dalam cairan ekstrak (kayu) secang selama 24 jam. Cara ini terbukti dapat membantu penderita buta warna parsial. Sebelum digunakan, lensa kontak tadi disterilisasi agar tidak menimbulkan iritasi. Meskipun efektivitas lensa kontak ini hanya bertahan 8 jam, namun cukup membantu penderita buta warna dalam beraktivitas.
Menderita buta warna bukan berarti tidak dapat sukses dalam kehidupan. Selain dengan solusi di atas, dapat dicoba dengan mencari pekerjaan atau program studi yang tidak mensyaratkan buta warna. Usahakan memahami bahwa dibalik kekurangan pasti ada kelebihan yang dianugerahkan Tuhan. Senantiasa berpikiran positif dan hilangkan rasa pesimis menghadapi masa depan.
Beberapa tokoh terkenal dan sukses ternyata juga menderita buta warna. Mark Twain, Paul Newman, Bill Cosby, John Dalton dan Mark Zuckerberg adalah sebagian diantaranya. Orang-orang yang disebutkan tadi menjadikan kelemahannya (buta warna) bukan sebagai penghalang namun sebaliknya sebagai pelecut semangat untuk meraih kesuksesan.
*telah dimuat di Banyumas Pos
**berkarya di Akbid YLPP Purwokerto
Referensi:
- Ilmu Penyakit Mata/Sidarta Ilyas. Jakarta: BP FKUI,2014.
- Ilmu Perawatan Mata/Sidarta Ilyas. Jakarta: Sagung Seto, 2004.
- Sistem Koordinasi dan Alat Indera pada Manusia/Rahmat O. Bandung: Sarana Ilmu, 2009.
- https://fitrahmata.worpress.com diakses tgl 29/01/2015
- http://health.detik.com diakses tgl 26/01/2015
- http://www.kedokteran.info diakses tgl 23/01/2015
- http://solusibutawarna.com diakses tgl 23/01/2015
Berolahragalah Sesuai Usia Anda*
Prieharti**
Olahraga termasuk kebutuhan dasar bagi setiap orang selain makan dan tidur. Tak hanya bermanfaat untuk menjaga kesehatan fisik, olahraga juga berpengaruh pada kesehatan mental karena dapat menimbulkan rasa senang dan bahagia.
Karena manfaatnya yang besar, bagi sebagian orang, olahraga sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Bahkan karena terlalu bersemangat, banyak orang melakukan olahraga secara berlebihan. Mereka beranggapan, semakin sering dan semakin banyak berolahraga, berarti semakin bagus dan sehat. Beberapa kasus menunjukkan olahraga berlebihan apalagi tanpa mempertimbangkan berbagai faktor termasuk faktor usia dapat berakibat fatal. Masyarakat tentu masih ingat kejadian meninggalnya aktor dan politikus Adjie Massaid dan presenter olahraga Ricky Jo akibat serangan jantung setelah berolahraga.
Dampak olahraga berlebihan
Olahraga berlebihan berpotensi menimbulkan dampak buruk seperti cedera, stres, kelelahan berkepanjangan, melemahnya sistem kekebalan tubuh, gangguan menstruasi, sulit tidur, gangguan jantung (seperti serangan jantung maupun gagal jantung) dan meningkatkan resiko kanker.
Cedera akibat olahraga berlebihan dapat berupa keseleo, patah tulang dan nyeri otot. Stres akibat olahraga timbul bila seseorang menjadi sangat tergantung pada olahraga seolah tanpa berolahraga menjadi tidak percaya diri dan tidak mood. Sulit tidur juga dapat timbul akibat olahraga berlebih karena keluarnya hormon kortisol yang membuat tubuh sulit merasa rileks dan tidak mengantuk. Gangguan menstruasi terjadi karena seorang wanita yang berolahraga berlebihan akan kehilangan banyak lemak tubuh. Sedangkan kanker terjadi karena terlalu banyak olahraga dapat menyebabkan terjadinya pelepasan radikal bebas dalam tubuh.
Tanda seseorang olahraga berlebihan
Seseorang bisa saja tidak menyadari bahkan menyangkal bahwa dirinya telah melakukan olahraga secara berlebihan. Namun, seseorang dapat dikategorikan berlebihan dalam berolahraga berdasarkan keadaan atau perubahan yang dialami orang tersebut seperti menjadi sering sakit kepala, sering merasa kelelahan, tidak fit, tidak bugar, kelihatan tidak bersemangat, mudah capek, tidak bertenaga dan lebih mudah merasa sakit. Orang tersebut juga dapat mengalami penurunan nafsu makan dan berat badan secara drastis serta lebih mudah marah dan mood gampang berubah. Meskipun dalam kondisi normal (sedang beristirahat), terjadi peningkatan denyut jantung. Secara psikologis, orang tersebut seperti kecanduan dan merasa bersalah bila tidak berolahraga.
Hal yang sebaiknya diperhatikan saat berolahraga
Meskipun olahraga sangat bermanfaat, bukan berarti boleh dilakukan secara berlebihan. Hal ini dikarenakan beda usia, berbeda pula kondisi fisiknya termasuk berbeda pula potensi penyakit yang kemungkinan diderita. Jangan abaikan pula peregangan serta pendinginan. Peregangan sebelum olahraga diperlukan untuk menghindari timbulnya cedera dan kemungkinan buruk lainnya. Sedangkan pendinginan berfungsi sangat bagus untuk kesehatan karena pada proses pendinginan tubuh mengubah asam laktat yang dihasilkan saat olahraga menjadi energi baru. Pendinginan juga membantu mengurangi stres atau tekanan pada jantung dan otot. Proses pendinginan harus dilakukan dengan aktif, karena itu tidak dianjurkan langsung duduk dan berdiam diri setelah olahraga.
Setelah berolahraga, sebaiknya mengonsumi minuman yang memiliki kandungan elektrolit dan jangan berolahraga saat lambung kosong. Konsumsi buah seperti pisang, pepaya dan melon sangat dianjurkan setelah berolahraga karena dalam buah-buahan tersebut terkandung zat gula yang tinggi dan mineral kalium yang berguna bagi kesehatan jantung.
Pilihan olahraga untuk usia 20-an
Usia 20-an merupakan puncak metabolisme (pertukaran, pembentukan dan penguraian zat di dalam badan yang memungkinkan berlangsungnya hidup) manusia. Di usia ini seluruh fungsi tubuh bekerja secara optimal. Para atlet profesional biasanya mencapai puncak prestasi di masa ini. Sedangkan bagi orang bukan atlet dapat melakukan semua jenis olahraga rekreatif maupun kompetitif (bersifat persaingan).
Pada usia ini sebaiknya tetap melakukan latihan untuk kelenturan otot dan sendi. Hal yang tak kalah penting untuk dilakukan adalah melakukan penyesuaian jenis olahraga ketika mendekati akhir fase usia 20-an.
Pilihan olahraga untuk usia 30-an
Usia ini paling rentan terhadap dampak negatif olahraga yang dilakukan secara berlebihan. Sebab kebanyakan dari kita masih mengganggap tubuh masih sebugar saat berusia 20-an, padahal fungsi organ tubuh kita telah banyak mengalami perubahan. Bantalan antar ruas tulang punggung mulai menunjukkan gejala penipisan sehingga rentan cedera.
Perbanyak latihan yang berkonsentrasi pada kebugaran sistem kardiovaskular (berhubungan dengan jantung dan pembuluh darah) seperti bersepeda (termasuk bersepeda statis), berlari di atas treadmill (salah satu jenis olahraga yang mengandalkan alat) atau berenang jarak menengah.
Selain itu, aktivitas fisik yang lekat dengan kebugaran otot dan tulang seperti yoga, tai-chi dan pilates (olahraga yang berfungsi mengecilkan perut) dapat menjadi alternatif pilihan. Yoga merupakan jenis olahraga yang berfungsi menurunkan kadar lemak, melatih pernafasan, visualisasi dan melatih relaksasi tubuh. Yoga tidak memerlukan tempat yang luas sehingga dapat dilakukan di mana saja. Tai-chi memiliki manfaat yang lebih besar dibanding yoga karena mampu memperkuat sistem kekebalan tubuh. Tai-chi lebih banyak melibatkan pikiran, fokus, pernapasan dan mengutamakan gerakan-gerakan lambat.
Pilihan olahraga untuk usia 40 dan 50-an
Pada usia ini hindari olahraga kompetitif dan permainan. Dokter Moch. Yunus, M. Kes., ahli fisiologi olahraga dari Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Malang mengatakan bahwa mereka yang berusia di atas 40 tahun sebaiknya menghindari jenis olahraga permainan seperti futsal, sepakbola, tenis atau bulu tangkis karena cenderung memaksa berlari cepat. Lari cepat akan menyebabkan denyut jantung berdetak melebihi batas normal.
Olahraga yang dipilih di usia ini sebaiknya yang bertujuan menjaga semua organ tubuh berfungsi dengan baik seperti yoga, tai-chi, pilates atau senam kebugaran lain. Seminggu tiga kali lakukan kegiatan olahraga kardiovaskular yang aman seperti bersepeda statis atau santai, berjalan kaki ringan dan berenang.
Pilihan olahraga usia 60-an
Di tahap ini, aktivitas sederhana seperti berjalan pun dapat menimbulkan dampak buruk bila tidak dilakukan dengan cermat. Pasalnya, kondisi tulang dan sendi sudah sangat rentan. Namun memilih untuk tidak berolahraga juga sama berbahayanya, karena tanpa stimulasi (dorongan) gerakan akan mempercepat pengeroposan tulang serta penurunan fungsi organ-organ tubuh. Di usia ini, yoga masih menjadi pilihan yang dianjurkan.
*telah dimuat di Banyumas Pos
**berkarya di Akbid YLPP Purwokerto
REFERENSI
- Diet sehat/Lenita. FlashBooks, Yogyakarta: 2014.
- dunialari.com diakses tgl 05/12/2014
- informasitips.com diakses tgl 04/12/2014
- panohan.wordpress.com diakses tgl 05/12/2014
- pilihdokter.com diakses tgl 04/12/2014
Katarak berasal dari bahasa Latin cataracta yang berarti air terjun, karena katarak diibaratkan sebagai air terjun yang dari jauh tampak keputihan. Dalam bahasa Inggris katarak disebut dengan pearl eye (mata mutiara) sedangkan di Indonesia kelainan ini dinamakan mata ikan.
Katarak merupakan gangguan penglihatan karena lensa mata keruh sehingga cahaya yang masuk ke mata tidak bisa diterima oleh retina dengan sempurna. Hal ini memyebabkan penglihatan seseorang menjadi buram. Katarak juga dapat mengakibatkan kebutaan. Di Indonesia, katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu selain akibat glaukoma dan kelainan refraksi.
Jenis katarak
Berdasarkan penyebab dan waktu terjangkitnya, katarak ada beberapa jenis yaitu; katarak kongenital, traumatik, sekunder, seilis dan katarak komplikasi. Katarak kongenital merupakan katarak yang timbul sejak dalam kandungan atau timbul setelah dilahirkan. Pada umumnya disebabkan karena infeksi dan kelainan metabolisme yang terjadi saat pembentukan janin.Katarak jenis kongenital ini sangat jarang terjadi.
Katarak traumatik yaitu katarak yang terjadi karena kecelakaan pada mata, misalnya mata tertusuk hingga menembus lensa atau mata terbentur sesuatu sampai robek. Katarak juga dapat terjadi akibat paparan sinar ultraviolet dan radiasi dalam jangka lama seperti pada pekerja las dan lainnya.
Katarak sekunder merupakan jenis katarak yang dialami oleh penderita diabetes. Potensi penderita diabetes mengalami katarak meningkat 10 kali lipat dibanding orang tanpa diabetes. Katarak sekunder juga dapat dialami oleh orang tanpa diabetes, karena katarak jenis ini dapat timbul akibat pengaruh jenis obat-obatan tertentu yang dikonsumsi orang tersebut.
Katarak seilis adalah jenis katarak yang sering terjadi dan timbul setelah seseorang berusia 40 tahun. Katarak ini disebut juga katarak ketuaan. Katarak seilis disebabkan oleh penurunan kualitas kesehatan akibat pertambahan usia dan berpengaruh juga pada kesehatan mata. Katarak komplikasi merupakan katarak yang disebabkan oleh infeksi mata atau sebagai akibat penyakit mata lainnya.
Tanda dan Gejala Katarak
Seseorang dikategorikan menderita katarak bila mengalami beberapa gangguan diantaranya sebagai berikut; penglihatan buram seperti melihat dari balik kaca mata hitam, penglihatan semakin kabur saat menjelang sore dan terutama pada malam hari, penglihatan ganda pada satu mata (bila mata yang satunya ditutup), saat keadaan terang mata merasa silau, mata terasa gatal, sering mengeluarkan air mata, kadang merasa nyeri pada mata, adanya pembengkakan pada lensa dan mengalami perubahan warna menjadi lebih putih pada bagian mata yang hitam. Kepastian seseorang menderita katarak tentu lebih terpercaya bila telah melalui pemeriksaan dokter.
Pencegahan Katarak
Mencegah lebih baik dari pada mengobati dan tentu saja lebih murah. Beberapa kebiasaan berikut ini dapat dilakukan agar tidak terkena katarak; rutin melakukan pemeriksaan mata (agar bila terjadi kelainan dapat segera ditangani), menggunakan kacamata hitam bila di luar ruangan untuk melindungi mata dari paparan langsung sinar ultra violet, tidak merokok dan tidak minum minuman beralkohol.
Selain itu, hindari makanan cepat saji atau makanan yang mengandung lemak jenuh, gula dan sodium dalam jumlah tinggi. Makanan yang disarankan untuk dikonsumsi adalah yang kaya magnesium seperti kacang, biji-bijian, telur dan sayuran hijau. Magnesium berfungsi meningkatkan kesehatan darah dan fungsi otot. Perbanyak konsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin A, C dan E.
Konsumsi satu cangkir teh hijau setiap hari dipercaya dapat mencegah katarak. Hal ini karena adanya kandungan anti oksidan pada teh hijau. Selain itu, teh hijau berkhasiat meningkatkan fungsi otot. Dianjurkan juga untuk mengonsumsi jus wortel setelah makan siang. Jus wortel mengandung beta karoten yang membantu tubuh memproduksi vitamin A. Konsumsi kunyit dan jahe juga dianjurkan karena kandungan antioksidannya bersifat anti peradangan serta mampu menekan perkembangan lebih lanjut pada mata katarak.
Pengobatan Katarak
Dewasa ini, meskipun operasi katarak bukan hal yang menakutkan lagi dan tingkat keberhasilan operasi katarak cukup tinggi, ada baiknya mempertimbangkan pengobatan alami atau tanpa operasi karena tidak semua jenis katarak memerlukan operasi. Selain itu, faktor biaya atau alasan takut menjalani operasi juga berpengaruh pada keputusan seseorang memutuskan operasi katarak.
Alternatif pengobatan katarak tanpa operasi dianjurkan apabila katarak yang diderita masih ringan yakni bila mata masih bisa melihat walaupun sudah agak kabur. Pengobatan alternatif yang dibahas di sini adalah dengan pengobatan herbal. Yaitu dengan menggunakan tanaman obat, bumbu-rempah, buah dan sayuran. Bila digunakan dengan dosis normal dan benar, pengobatan herbal minim efek samping. Bahan-bahannya bisa diperoleh dari lingkungan sekitar, dapat diracik sendiri dan mudah diterapkan. Pengobatan herbal biasanya membutuhkan waktu agak lama sehingga memerlukan kesabaran, konsistensi dan ketelatenan. Bagi penderita katarak yang juga diabetes, sebelum dilakukan pengobatan hendaknya kadar gula selalu terkontrol dibawah 200 mg/dl setelah makan.
Beberapa pengobatan herbal di bawah ini dapat dipilih sebagai bagian dari usaha menyembuhkan katarak seperti dengan mengonsumsi bawang putih 2 – 3 siung setiap hari. Bawang putih tersebut dapat direbus, dibakar, atau dimakan mentah. Anda juga dapat mencoba menggunakan adas manis. Caranya 6 gram adas manis dicampur dengan 6 gram bubuk ketumbar, dikonsumsi setiap pagi dan malam hari. Bila di lingkungan sekitar rumah banyak kapulaga, cobalah dua buah kapulaga dihaluskan kemudian dicampur segelas susu. Rebus hingga mendidih, diminum saat masih hangat setiap malam. Selain untuk pencegahan, konsumsi wortel setiap hari juga dipercaya dapat mengatasi katarak.
Pengobatan dari luar bisa dilakukan dengan menempelkan jus bunga labu pada kelopak mata sebanyak dua kali sehari selama 15 menit. Ada juga yang menganjurkan dengan meneteskan madu murni atau propolis langsung pada mata. Bila menggunakan propolis, sebaiknya dicampur sedikit air untuk meminimalisir pedih pada mata.
*berkarya di Akbid YLPP Purwokerto
**telah dimuat di Banyumas Pos
Referensi
- Penyakit di Usia Tua/Azwar Agoes,dkk. Jakarta: EGC, 2011
- Herbal Nusantara: 1001 Ramuan Tradisional Asli Indonesia/Ibunda Suparmi & Ari Wulandari. Yogyakarta: Rapha, 2012.
- buletinkesehatan.com diakses tgl 04/08/2014
- duniamedis.net diakses tgl 04/08/2014
- dokita.co diakses tgl 04/08/2014
- terapimata.com diakses 04/08/2014
oleh : Prieharti*
Sindrom Gedung Sakit (Sick Building Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit akibat kondisi udara dalam gedung yang tidak sehat.
Sindrom Gedung Sakit sudah dikenal orang sejak tahun 1970. Pada awalnya Sindrom Gedung Sakit dikenal juga dengan Tigh Building Syndrom karena sindrom ini sering dijumpai dalam gedung-gedung pencakar langit. Namun dari penelitian ditemukan Sindrom Gedung Sakit juga terjadi pada gedung-gedung biasa yang memiliki kualitas udara yang buruk.
World Health Organization (WHO) pada tahun 1984 melaporkan bahwa 30% gedung baru di seluruh dunia mengakibatkan keluhan pada pekerjanya. Hal tersebut berkaitan dengan buruknya kualitas udara dalam ruangan ( Indoor Air Quality atau IAQ ). Pada tahun 1997, National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH, USA) menyebutkan terdapat 52% penyakit pernapasan terkait dengan Sindrom Gedung Sakit.
Penyebabnya adalah buruknya ventilasi gedung dan jeleknya kinerja Air Conditioner (AC) akibat jarang dibersihkan. Penelitian selanjutnya yang dilakukan tahun 2008 pada 18 kantor di Jakarta selama enam bulan yaitu bulan Juli sampai dengan Desember menunjukkan bahwa 50% orang yang berada alam gedung perkantoran cenderung mengalami Sindrom Gedung Sakit.
Penyebab buruknya kualitas udara dalam gedung
Udara dalam gedung dapat memburuk diantaranya disebabkan karena ada gangguan sirkulasi udara. Gangguan tersebut dikarenakan ventilasi udara yang tidak memadai, sistem Heating-Ventilating-Air-Conditioning (HVAC) tidak berjalan baik dan juga karena jumlah udarasegar yang dimasukkan tidak mencukupi untuk sejumlah orang dalam gedung tersebut.
Pencemaran udara bisa bersumber dari peralatan kantor seperti : yang ditimbulkan dari mesin foto copy, mesin faksimile, komputer dan proyektor, atau dapat juga berasal dari bahanbangunan gedung seperti : dinding atau plafon dari particle board, karpet, cat tembok dan cat kayu, karet busa dan sebagainya.
Udara dalam gedung dapat tercemar dari asap kendaraan bermotor yang lewat, atau karena gas dari cerobong asap atau dapur yang terletak di dekat gedung dan letak gedung yang berdekatan dengan generator listrik berbahan bakar minyak bumi.
Bahan pembersih kantor dan pengharum ruangan yang tidak ramah lingkungan juga ikut menambah pencemaran udara dalam gedung. Faktor manusia penghuni gedung turut menambah daftar penyebab pencemaran udara dalam gedung yaitu pada saat karyawan atau tamu ada yang merokok. Pencemaran juga dapat berasal dari mikroba berupa bakteri, jamur, protozoa dan produk mikroba lainnya yang dapat ditemukan di saluran udara dan alat pendingin beserta seluruh sistemnya.
Gejala Sindrom Gedung Sakit
Sindrom Gedung Sakit bukan penyakit tunggal yang dapat didiagnosa segera pada pekerja di dalam gedung. Asma (penyakit sesak napas), rinitis (radang selaput lendir hidung) dan konjungtivitis (peradangan selaput lendir pada kelopak mata) alergi adalah penyakit alergi yang memiliki gejala sama dengan Sindrom Gedung Sakit.
Gejala Sindrom Gedung Sakit dapat dikelompokkan dalam beberapa bentuk gangguan.
Pertama adalah gangguan neurologis (saraf) yang dapat berupa nyeri kepala, kelelahan, sulit berkonstrentrasi, rasa stres/tertekan, cepat marah dan mudah tersinggung.
Kedua , gangguan paru dan pernapasan seperti sesak nafas, mengi/nafas berbunyi, batuk dan rasa berat di dada.
Ketiga merupakan gangguan kulit seperti kulit kering dan gatal.
Keempat, gejala gastrointestinal (berhubungan dengan lambung dan usus) berupa diare/mencret.
Kelima , gangguan pada sendi dan otot, terutama di pundak dan belakang badan.
Keenam , bermacam iritasi pada mata (mata merah, pedih, berair), iritasi pada tenggorokan (sakit menelan, batuk kering) dan iritasi pada hidung (bersin, gatal). Terakhir adalah mengalami gejala mirip flu, namun akan segera berkurang atau bahkan hilang saat penderita keluar dari gedung.
Gejala-gejala di atas baru dapat dikatakan Sindrom Gedung Sakit apabila ada sekitar 20% sampai dengan 50% pekerja dalam kantor yang mengalaminya dan menetap selama minimal dua minggu. Apabila hanya dialami oleh dua atau tiga orang maka mungkin hanya mengalami flu biasa.
Pencegahan Sindrom Gedung Sakit
Penderita Sindrom Gedung Sakit akan sembuh apabila keluar dari dalam gedung tersebut dan gejala-gejala penyakitnya dapat disembuhkan dengan obat-obat simtomatis (obat-obat penghilang gejala penyakit). Hal ini tentu saja tidak selalu dapat dilaksanakan karena dapat menyebabkan kehilangan pekerjaan. Pencegahan Sindrom Gedung Sakit dapat dilakukan dengan mengupayakan agar sirkulasi udara dan ventilasinya berjalan baik sehingga semua orang yang bekerja dalam gedung tersebut merasa nyaman, segar dan sehat. Mesin-mesin kantor yang dapat mengakibatkan udara tercemar hendaknya diletakkan dalam ruangan terpisah. Usahakan menggunakan bahan-bahan pembersih kantor yang ramah lingkungan.
Sindrom Gedung Sakit juga dapat dicegah sejak awal yaitu dari mulai penentuan lokasi dan arsitektur gedung yang sehat dan jauh dari sumber polutan, menggunakan bahan bangunan yang ramah lingkungan, merancang pemeliharaan yang baik dan dikhususkan pada sistem HVAC.
Apabila gedung akan direnovasi, maka penambahan batas-batas ruangan dan penambahan jumlah orang yang bekerja dalam satu ruangan hendaknya dilakukan setelah memperhitungkan agar setiap bagian ruangan dan setiap individu mendapat ventilasi yang memadai. Pencegahan Sindrom Gedung Sakit memerlukan komunikasi yang baik antara pekerja, manajer dan pemelihara gedung. Jadi pencegahan Sindrom Gedung Sakit harus dilakukan secara komprehensif (karena melibatkan pekerja, manajer dan organisasi). Yang tidak kalah penting adalah pengelolaan lingkungan sosial kerja karena lingkungan kerja dapat menimbulkan stres.
Stres di tempat kerja dapat menghambat kenyamanan bekerja dan menimbulkan banyak keluhan kesehatan.
* berkarya di Akbid YLPP Purwokerto
** artikel ini telah dimuat di Banyumas Pos
Sumber Referensi
- Cermin Dunia Kedokteran.Vol.39 No.1 tahun 2012 (hlm.21-24)
- ww.web.id
- kiathidupsehat.wordpress.com
- www.digilib.ui.ac.id
Oleh : Prieharti*
Penyakit yang Anda derita sebetulnya dapat ditimbulkan dari lingkungan kerja Anda. Pengetahuan tentang penyakit yang dapat ditimbulkan dari tempat kerja Anda, diharapkan akan dapat mencegah Anda terkena penyakit-penyakit tersebut. Dengan tidak terjadinya penyakit maka status kesehatan akan menjadi optimal sehingga dapat meningkatkan produktivitas Anda di tempat kerja.
Apabila pekerjaan Anda menuntut berjam-jam di depan komputer, atau duduk seharian penuh di kantor, atau mengoperasikan mesin-mesin pabrik, atau bahkan mengolah bahan-bahan kimia, tanpa disadari hal tersebut dapat memicu penyakit pada diri Anda.
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Menurut ILO (International Labour Organization) Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit dengan penyebab yang spesifik atau berhubungan kuat dengan pekerjaan.
Kategori Penyakit Akibat Kerja
Menurut WHO ada empat kategori Penyakit Akibat Kerja, pertama, penyakit yang penyebabnya diduga merupakan satu-satunya penyebab atau hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya pneumokoniosis (semua penyakit paru yang disebabkan oleh inhalasi debu kronik, biasanya debu yang berasal dari lingkungan atau pekerjaan). Kedua adalah penyakit yang penyebabnya diduga bukan satu-satunya penyebab atau yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya karsinoma bronkhogenik (tumor paru yang ganas).
Kategori Penyakit Akibat Kerja ketiga adalah penyakit yang penyebabnya diduga memperberat gejala penyakit yang sudah ada atau penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab diantara faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya bronkhitis kronis (radang cabang tenggorok yang tidak sembuh-sembuh). Yang keempat adalah penyakit yang penyebabnya diduga memicu munculnya/timbulnya gejala penyakit yang sudah ada, misalnya asma (gangguan bernafas yang sering bersifat alergis ditandai dengan sulit bernafas dan rasa sesak di dada atau lazim disebut penyakit sesak napas).
Penyebab dan Jenis Penyakit Akibat Kerja
Pada umumnya penyebab terjadinya penyakit akibat kerja di tempat kerja adalah karena ada ketidakseimbangan antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja. Penyebab penyakit akibat kerja dapat dikelompokkan dalam lima faktor. Faktor pertama adalah faktor fisik, yang meliputi suara (kebisingan), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan udara, vibrasi (getaran) dan pencahayaan/penerangan.
Faktor kedua adalah semua bahan kimiawi yang digunakan dalam lingkungan kerja dan dapat menimbulkan gangguan yang dapat berbentuk debu , uap atau asap, bau gas dan larutan asam dan basa. Ketiga adalah faktor biologi yang berupa bakteri, virus, jamur dan parasit. Termasuk binatang-binatang dan tumbuh-tumbuhan yang mengganggu seperti nyamuk, kecoa, lalat, lumut, taman yang tidak teratur dan lain sebagainya.
Keempat adalah faktor fisiologis yakni peralatan kerja yang tidak sesuai dengan ukuran tubuh atau anggota badan ( ergonomi) seperti desain tempat kerja, meja atau kursi yang terlalu tinggi dan lain-lain. Kelima adalah faktor sosial psikologi yaitu suasana kerja yang tidak harmonis yang dapat menimbulkan stres kerja dengan gejala psikosomatis (berkaitan dengan gangguan emosi atau mental) berupa mual, muntah, sakit kepala, nyeri ulu hati, jantung berdebar-debar dan lain-lain.
Beberapa penyakit akibat kerja atau hubungan kerja diantaranya, penyakit paru dan saluran pernafasan, penyakit kulit, kerusakan pendengaran, gejala pada punggung dan sendi, kanker, liver, masalah neuropsikiatrik (masalah psikiatri yang berhubungan dengan neurofisiologi fungsi otak), dan beberapa penyakit lain yang tidak diketahui sebabnya seperti alergi, gangguan kecemasan, sick building syndrome (situasi munculnya gejala penyakit yang berhubungan dengan kondisi di dalam ruangan kantor) dan multiple chemical sensivities (kepekaan terhadap beberapa bahan kimia tertentu).
Menurut Muchtaruddin Mansyur SpOK, Ketua Program Pendidikan Dokter Spesialis Okupasi FK-UI, ada empat penyakit utama akibat pekerjaan yaitu penyakit saluran nafas dan paru, serta penyakit otot dan rangka. Ada juga gangguan lain seperti THT (telinga, hidung dan tenggorokan) dan gangguan penyakit dalam (keracunan, ginjal dan hati). Penyakit akibat kerja biasanya bersifat reversibel (bolak-balik), sehingga dibutuhkan penanganan yang serius dan komprehensif.
Pencegahan Penyakit Akibat Kerja
Pencegahan Penyakit Akibat Kerja dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu, pencegahan primer, sekunder dan tersier. Dalam pencegahan primer yang harus diperhatikan adalah perilaku kesehatan, faktor bahaya di tempat kerja, perilaku kerja yang baik, olah raga dan gizi seimbang.
Sedangkan pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan melakukan pengendalian melalui perundang-undangan, pengendalian administratif atau organisasi, misal dengan pembatasan jam kerja atau rotasi pekerjaan, melakukan pengendalian teknis dengan menggunakan APD ( Alat Pelindung Diri seperti masker, helm, alat pelindung telinga dan lain-lain), pemasangan ventilasi dan lain-lain, serta dengan melakukan pengendalian melalui jalur kesehatan yaitu imunisasi.
Pencegahan tersier dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kesehatan pra-kerja, pemeriksaan kesehatan berkala, pemeriksaan lingkungan secara berkala, pengawasan, pengobatan segera bila ditemukan gangguan pada pekerja dan pengendalian segera di tempat kerja.
Mengetahui keadaan pekerjaan dan kondisinya dapat menjadi salah satu pencegahan terhadap Penyakit Akibat Kerja. Beberapa tips dalam mencegah Penyakit Akibat Kerja diantaranya adalah sebagai berikut:
- Memakai APD ( Alat Pelindung Diri) dengan benar dan teratur.
- Mengenali resiko pekerjaan.
- Segera datang ke tempat kesehatan apabila terdapat luka atau gangguan yang berkelanjutan.
Kondisi fisik yang sehat sangat dibutuhkan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari termasuk dalam bekerja. Kepedulian dan kesadaran akan jenis pekerjaan dan juga kondisi pekerjaan akan dapat meminimalisasi gangguan penyakit yang menyerang. Dengan dukungan dari kantor atau perusahaan yang sadar kesehatan, maka tempat kerja akan menjadi lahan yang mendatangkan keuntungan dan bukan mendatangkan penyakit.
*berkarya di Akbid YLPP Purwokerto
**telah dimuat di Banyumas Pos
Sumber Referensi
- Notoatmodjo,Soekdijo.2007.Kesehatan Masyarakat:ilmu dan seni.Jakarta:Rineka Cipta.
- rektor.uin-malang.ac.id
- www.health.detik.com
- www.makalahkesehatankerja.info
- www.surabaya-ehealth.org
- www.yankes.itb.ac.id
Prieharti*
Di seluruh dunia terdapat kurang lebih 850 gunung berapi aktif. Sekitar 127 gunung berapi aktif tersebut berada di Indonesia. Oleh karena itu pengetahuan dan informasi akan bahaya material vulkanik yang dimuntahkan saat gunung api meletus menjadi semakin penting.
Debu vulkanik adalah debu atau abu yang berasal dari letusan gunung api. Bentuk permukaan debu vulkanik itu berbeda dengan debu biasa. Bila debu biasa permukaannya bulat, maka debu vulkanik memiliki permukaan yang tajam/runcing. Paparan debu biasa saja memiliki dampak buruk bagi kesehatan manusia, apalagi debu vulkanik yang permukaannya tajam.
Debu vulkanik mempunyai dampak buruk. Hal tersebut sangat tergantung dari jarak jangkauan paparannya. Pada daerah yang sangat dekat dengan lokasi letusan, masyarakat harus mewaspadai gas-gas beracun yang mematikan. Sementara pada daerah berjarak menengah, partikel yang masuk ke saluran napas bawah dan paru-paru dapat menyebabkan kerusakan paru, radang paru bahkan gagal napas. Untuk daerah yang jauh dari erupsi/letusan, sifat paparannya sedikit, akan tetapi bila terjadi secara terus-menerus karena erupsi terjadi berkepanjangan maka dapat menyebabkan penyakit paru atau gangguan saluran pernafasan kronik. Gangguan kesehatan yang timbul akibat erupsi gunung berapi yang diuraikan di sini adalah gangguan pada pernapasan, mata dan kulit.
Dampak terhadap pernapasan
Semakin jauh lokasi letusan gunung api, semakin besar bahayanya bagi pernapasan manusia. Hal ini dikarenakan material vulkanik yang dapat terbang jauh adalah partikel yang berukuran lebih kecil yaitu debu. Sebagaimana kita ketahui, material vulkanik yang dimuntahkan saat gunung berapi meletus dapat berupa batu, pasir dan debu.
Partikel debu yang masuk melalui saluran pernapasan dapat menimbulkan iritasi/gangguan saluran pernapasan dan infeksi atau lebih dikenal dengan istilah ISPA (infeksi saluran pernapasan akut). Paparan debu vulkanik juga dapat meningkatkan risiko timbulnya kekambuhan pada penderita penyakit pernapasan seperti asma (gangguan pernapasan yang ditandai dengan sulit bernapas dan rasa sesak dalam dada), bronkitis (radang cabang tenggorok) dan enfisema (penyakit paru obstruktif kronik: sumbatan saluran paru).
Gejala-gejala yang timbul setelah seseorang terpapar debu vulkanik diantaranya; meningkatnya sekresi dahak, iritasi dan radang tenggorokan, batuk kering, dada sakit/sesak, gangguan saluran pernapasan dan kesulitan bernapas (sesak napas, napas berbunyi atau napas menjadi pendek-pendek).
Dampak terhadap mata
Permukaan debu vulkanik yang tajam dapat menyebabkan iritasi/gangguan pada mata seperti mata memerah, mata terasa gatal atau malah perih, keluar air mata terus-menerus atau mengeluarkan kotoran mata (belek-Jawa). Debu vulkanik juga dapat menimbulkan kerusakan kornea mata. Kerusakan pada kornea mata dapat terjadi bila kita mengucek atau menggosok mata yang terkena debu vulkanik. Hal ini akan menimbulkan baretan (Jawa) atau goresan pada kornea. Baretan tidak akan menyebabkan kebutaan, tetapi bila disertai infeksi dan kuman, dapat mengakibatkan luka sehingga menyebabkan kebutaan. Untuk itu, bila mata terkena debu vulkanik, jangan sekali-sekali menguceknya akan tetapi cukup disiram dengan air bersih.
Orang yang paling berisiko terkena iritasi adalah orang yang memakai lensa kontak. Agar terlindung dari efek yang lebih buruk, selama terjadi hujan abu, sebaiknya lensa kontak dilepas dan gunakan kaca mata untuk melindungi mata.
Dampak terhadap kulit
Meskipun jarang terjadi, dampak debu vulkanik dapat menyebabkan gangguan kulit, terutama pada orang dengan tipe kulit sensitif. Efeknya dapat berupa timbulnya kemerahan pada kulit. Debu vulkanik juga dapat menimbulkan dermatitis (radang kulit). Dermatitis ditandai dengan munculnya ruam (bintil-bintil) kemerahan, bintik-bintik (titik) merah dan gatal-gatal pada area yang terpapar debu vulkanik.
Bila debu vulkanik mengenai rambut dan kulit kepala, jangan biarkan menempel terlalu lama dan jangan digosok. Siram dengan air bersih yang mengalir.
Berikut ini beberapa tips yang dapat dilakukan untuk meminimalisir dampak buruk debu vulkanik bagi kesehatan kita. Bila hujan abu masih pekat, kurangi aktivitas di luar rumah, bila harus beraktivitas di luar rumah, kenakan masker dan busana tertutup (baju lengan panjang dan celana panjang). Apabila tidak ada masker dapat menggunakan sapu tangan, kain atau baju untuk menutupi mulut dan hidung. Lindungi rambut dan kepala dengan mengenakan topi atau kerudung. Tak kalah penting adalah perhatikan asupan makanan bergizi agar daya tahan tubuh tetap bagus sehingga tidak jatuh sakit.
*berkarya di Akbid YLPP Purwokerto
** Artikel ini telah di muat di Banyumas Pos
Referensi:
- E-encylopaedia Sains. Jakarta : Erlangga,2009.
- gayahidup.inilah.com diakses 24/02/2014.
- health.detik.com diakses 04/03/2014.
- id.wikipedia.org diakses 03/03/2014.
- lamongankab.go.id diakses 04/03/2014
- webkesehatan.com diakses 20/02/2014.
- www.belantaraindonesia.org diakses 20/02/2014.