oleh : Prieharti*
Sindrom Gedung Sakit (Sick Building Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit akibat kondisi udara dalam gedung yang tidak sehat.
Sindrom Gedung Sakit sudah dikenal orang sejak tahun 1970. Pada awalnya Sindrom Gedung Sakit dikenal juga dengan Tigh Building Syndrom karena sindrom ini sering dijumpai dalam gedung-gedung pencakar langit. Namun dari penelitian ditemukan Sindrom Gedung Sakit juga terjadi pada gedung-gedung biasa yang memiliki kualitas udara yang buruk.
World Health Organization (WHO) pada tahun 1984 melaporkan bahwa 30% gedung baru di seluruh dunia mengakibatkan keluhan pada pekerjanya. Hal tersebut berkaitan dengan buruknya kualitas udara dalam ruangan ( Indoor Air Quality atau IAQ ). Pada tahun 1997, National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH, USA) menyebutkan terdapat 52% penyakit pernapasan terkait dengan Sindrom Gedung Sakit.
Penyebabnya adalah buruknya ventilasi gedung dan jeleknya kinerja Air Conditioner (AC) akibat jarang dibersihkan. Penelitian selanjutnya yang dilakukan tahun 2008 pada 18 kantor di Jakarta selama enam bulan yaitu bulan Juli sampai dengan Desember menunjukkan bahwa 50% orang yang berada alam gedung perkantoran cenderung mengalami Sindrom Gedung Sakit.
Penyebab buruknya kualitas udara dalam gedung
Udara dalam gedung dapat memburuk diantaranya disebabkan karena ada gangguan sirkulasi udara. Gangguan tersebut dikarenakan ventilasi udara yang tidak memadai, sistem Heating-Ventilating-Air-Conditioning (HVAC) tidak berjalan baik dan juga karena jumlah udarasegar yang dimasukkan tidak mencukupi untuk sejumlah orang dalam gedung tersebut.
Pencemaran udara bisa bersumber dari peralatan kantor seperti : yang ditimbulkan dari mesin foto copy, mesin faksimile, komputer dan proyektor, atau dapat juga berasal dari bahanbangunan gedung seperti : dinding atau plafon dari particle board, karpet, cat tembok dan cat kayu, karet busa dan sebagainya.
Udara dalam gedung dapat tercemar dari asap kendaraan bermotor yang lewat, atau karena gas dari cerobong asap atau dapur yang terletak di dekat gedung dan letak gedung yang berdekatan dengan generator listrik berbahan bakar minyak bumi.
Bahan pembersih kantor dan pengharum ruangan yang tidak ramah lingkungan juga ikut menambah pencemaran udara dalam gedung. Faktor manusia penghuni gedung turut menambah daftar penyebab pencemaran udara dalam gedung yaitu pada saat karyawan atau tamu ada yang merokok. Pencemaran juga dapat berasal dari mikroba berupa bakteri, jamur, protozoa dan produk mikroba lainnya yang dapat ditemukan di saluran udara dan alat pendingin beserta seluruh sistemnya.
Gejala Sindrom Gedung Sakit
Sindrom Gedung Sakit bukan penyakit tunggal yang dapat didiagnosa segera pada pekerja di dalam gedung. Asma (penyakit sesak napas), rinitis (radang selaput lendir hidung) dan konjungtivitis (peradangan selaput lendir pada kelopak mata) alergi adalah penyakit alergi yang memiliki gejala sama dengan Sindrom Gedung Sakit.
Gejala Sindrom Gedung Sakit dapat dikelompokkan dalam beberapa bentuk gangguan.
Pertama adalah gangguan neurologis (saraf) yang dapat berupa nyeri kepala, kelelahan, sulit berkonstrentrasi, rasa stres/tertekan, cepat marah dan mudah tersinggung.
Kedua , gangguan paru dan pernapasan seperti sesak nafas, mengi/nafas berbunyi, batuk dan rasa berat di dada.
Ketiga merupakan gangguan kulit seperti kulit kering dan gatal.
Keempat, gejala gastrointestinal (berhubungan dengan lambung dan usus) berupa diare/mencret.
Kelima , gangguan pada sendi dan otot, terutama di pundak dan belakang badan.
Keenam , bermacam iritasi pada mata (mata merah, pedih, berair), iritasi pada tenggorokan (sakit menelan, batuk kering) dan iritasi pada hidung (bersin, gatal). Terakhir adalah mengalami gejala mirip flu, namun akan segera berkurang atau bahkan hilang saat penderita keluar dari gedung.
Gejala-gejala di atas baru dapat dikatakan Sindrom Gedung Sakit apabila ada sekitar 20% sampai dengan 50% pekerja dalam kantor yang mengalaminya dan menetap selama minimal dua minggu. Apabila hanya dialami oleh dua atau tiga orang maka mungkin hanya mengalami flu biasa.
Pencegahan Sindrom Gedung Sakit
Penderita Sindrom Gedung Sakit akan sembuh apabila keluar dari dalam gedung tersebut dan gejala-gejala penyakitnya dapat disembuhkan dengan obat-obat simtomatis (obat-obat penghilang gejala penyakit). Hal ini tentu saja tidak selalu dapat dilaksanakan karena dapat menyebabkan kehilangan pekerjaan. Pencegahan Sindrom Gedung Sakit dapat dilakukan dengan mengupayakan agar sirkulasi udara dan ventilasinya berjalan baik sehingga semua orang yang bekerja dalam gedung tersebut merasa nyaman, segar dan sehat. Mesin-mesin kantor yang dapat mengakibatkan udara tercemar hendaknya diletakkan dalam ruangan terpisah. Usahakan menggunakan bahan-bahan pembersih kantor yang ramah lingkungan.
Sindrom Gedung Sakit juga dapat dicegah sejak awal yaitu dari mulai penentuan lokasi dan arsitektur gedung yang sehat dan jauh dari sumber polutan, menggunakan bahan bangunan yang ramah lingkungan, merancang pemeliharaan yang baik dan dikhususkan pada sistem HVAC.
Apabila gedung akan direnovasi, maka penambahan batas-batas ruangan dan penambahan jumlah orang yang bekerja dalam satu ruangan hendaknya dilakukan setelah memperhitungkan agar setiap bagian ruangan dan setiap individu mendapat ventilasi yang memadai. Pencegahan Sindrom Gedung Sakit memerlukan komunikasi yang baik antara pekerja, manajer dan pemelihara gedung. Jadi pencegahan Sindrom Gedung Sakit harus dilakukan secara komprehensif (karena melibatkan pekerja, manajer dan organisasi). Yang tidak kalah penting adalah pengelolaan lingkungan sosial kerja karena lingkungan kerja dapat menimbulkan stres.
Stres di tempat kerja dapat menghambat kenyamanan bekerja dan menimbulkan banyak keluhan kesehatan.
* berkarya di Akbid YLPP Purwokerto
** artikel ini telah dimuat di Banyumas Pos
Sumber Referensi
- Cermin Dunia Kedokteran.Vol.39 No.1 tahun 2012 (hlm.21-24)
- ww.web.id
- kiathidupsehat.wordpress.com
- www.digilib.ui.ac.id